Makalah Ilmu Al-Qur'an: Asbabun Nuzul
BAB II
Pembahasan
A.
Pengertian
Asbabun Nuzul
Ungkapan Asbabun Nuzul
merupakan bentuk Idofah dari kata Asbab dan Nuzul. Namun secara
Etimologi Asbabun Nuzul adalah sebab yang melatarbelakangi terjadinya sesuatu. Dan
ketika istilah itu di gunakan dalam Ilmu Al-Qur'an, Asbabun Nuzul adalah sebab
yang melatar belakangi turunnya Al-Qur'an.
Para
ulama' berbeda pendapat dalam merumuskan Asbabun Nuzul secara terminologi. Menurut
Azzarkoni Asbabun Nuzul adalah hal khusus atau sesuatu yang terjadi serta
hubungan dengan turunnya ayat Al-Qur'an yang berfungsi sebagai penjelas hukum
pada saat peristiwa itu terjadinya.
Menurut
Kitab Al-Mana' al-Qotton, Asbabun Nuzul adalah peristiwa yang menyebabakan
turunnya Al-Qur'an berkenaan dengannya waktu peristiwa itu terjadi baik berupa
suatu kejadian atau berupa pertanyaan yang diajukan kepada Nabi.
Kendatipun
redaksi pendefinisian di atas sedikit berbeda, semuanya menyimpulkan bahwa yang
disebut Asbabun Nuzul adalah kejadian atau peristiwa yang melatarbelakangi
turunnya ayat Al-Qur'an dalam rangka menjawab, menjelaskan dan menyelesaikan
masalah yang timbul dari kejadian tersebut.
Bentuk-bentuk
peristiwa yang melatar belakangi turunnya Al-Qur'an sangat beragam. Diantaranya
adalah konflik sosial seperti kasus yang terjadi pada salah seorang sahabat
yang mengimami shalat dalam keadaan mabuk. Dan berupa pertanyaan yang diajaukan
oleh seorang sahabat kepada nabi berkaitan dengan sesuatu yang telah lewat, sedang
atau yang akan terjadi.
Persoalan
apakah seluruh ayat Al-Qur'an memiliki Asbabun Nuzul atau tidak ternyata
menjadi bahan kontroversi di kalangan para ulama'. Sebagaian ulama' berpendapat
bahwa tidak semua ayat Al-Qur'an memiliki Asbabun Nuzul. Pendapat tersebut
menjadi kesepakatan jumhur ulama', akan tetapi sebagian berpendapat bahwa
kesejaharahan arabiah pra Qur'an pada masa turunya Al-Qur'an merupakan latar
belakang makro Al-Qur'an sedangkan riwayat Asbabun Nuzul merupakan latar belakang
mikronya. Pendapat ini berarti menganggap semua ayat Al-Qur'an memiliki sebab
yang melatarbelakangi.
B.
Pentingnya mengetahui Asbabun Nuzul dalam
memahami Al-Qur'an
a.
Menurut Ibnu Taimiyah mengatakan manfaat mengetahui Asbabun Nuzul adalah
untuk menolong mufassir dalam menginterpretasikan Al-Qur'an.
b.
Menurut Al-Wahidi menyatakan ketidak mungkinan untuk menginterpretasikan
Al-Qur'an tanpa mempertimbangkan aspek kisah Asbabun Nuzulnya.
C.
Bentuk-Bentuk Asbabun Nuzul
Dalam beberapa literatur yang ada,
redaksi Al-Qur'an atau sighat yang digunakan untuk mengungkapkan sebab
diturunkannya ayat Al-Qur'an berbeda-beda. Diantara diredaksi yang digunakan
sebagai berikut :
a.
Diantara redaksi yang digunakan berbentuk Nash Sharih (teks yang
tuntas jelas mengenai sebabnya) misalnya rawinya menyebutkan sebab turunnya
ayat ini karena begini dan begitu.
b.
Ada yang diungkapkan tidak dengan kata sebab tetapi memakai fa' ta'kib (fa'
yang berarti maka atau lalu) sesudah dia menerangkan peristiwa tersebut
misalnya Rasulullah ditanya orang mengenai peristiwa lalu turunlah ayat.
Akan
tetapi redaksi seperti ini tidak dapat dipastikan untuk menunjukkan Asbabun
Nuzul. Sighat ini mungkin dapat menjelaskan Asbabun Nuzul akan tetapi tidak
dapat menjelaskan suatu hukum yang ada padanya. untuk menentukan antara keduanya diperlukan dalil atau qarinah yang lain yang dapat membantu.
D.
Banyaknya
Riwayat tentang Satu Asbabun Nuzul
Dalam memahami Asbabun
Nuzul, kadang-kadang banyak riwayat yang berbeda antara satu dengan yang lain tergantung
pada orang yang meriwayatkan, padahal itu hanya satu sebab dan terdapat dua
riwayat.
a.
Riwayat
Shahih
Seperti contoh ada Jundab
Al-Bajili menceritakan : pernah Rasul merasakan sakit dua atau tiga malam
tiba-tiba datang Lambi kepada beliau, seorang wanita mengatakan " ya
Muhammad sesungguhnya saya mengharap setanmu meninggalkanmu " lalu
turunlah surat ad-Dhuha ayat satu sampai tiga.
وَاضُّحَى . وَاللَّيْلِ إِذَا سَجَى . مَا
وَدَّعَكَ رَبُّكَ وَمَا قَلَى (الضحى : 1-3)
Artinya : "demi
waktu dhuha. Demi malam bila ia telah gelap. Rabbi/ tuhanmu (muhammad) tidak
meningglkanmu tidak pula membenci kamu "(QS. Ad-Dhuha : 1-3).
Riwayat ini terdapat
dalam shahih bukhori dan shahih muslim. Dengan demikian lebih rajih atau lebih
kuat.
b.
Riwayat
Dho'if (Lemah)
Dalam suatu riwayat Tabrani
dan Ibnu Syaibah meriwayatkan dari Hafsah dari Maisarah dari ibunya dari
saudara perempuannya yang pernah menjadi pembantu Rasul. Pernah seekor jarwan
(anak anjing atau binatang buas) masuk rumah Nabi dia masuk ke bawah dipan Nabi
dan mati disini. Sesudah itu, beberapa hari maka wahyu tidak turun kepada Nabi.
Lalu beliau menanyakan kapada Haulah (saudara khodijah). Apa yang terjadi
dirumah rasul karena jibril tidak datang-datang kepadaku ? saya bersihkan rumah
beliau dan saya sapu bagian bawah tempat tidur beliau liranya ada jarwan lalu
saya buangkan. Lalu turunlah ayat satu sampai tiga dari surat ad-Dhuha di atas.
E.
Berbilang
Sebab Sedang Yang Turun Itu Saja
Kadang-kadang suatu
kejadian menjadi sebab bagi dua wahyu yang diturunkan (dua ayat atau lebih).
Dan itulah yang diistilahkan dengan Ta’addudun Nazili Wa Sababu Wahidin.
Contoh suatu kejadian yang menjadi sebab bagi dua ayat sedang antara yang satu
dengan yang lain berselang lama. Ialah hadits yang diriwayatkan oleh Al-Hakim
dari Ummu Salamah
“ Ya Rasulullah saya
tidak mendengar tentang sebutan wanita walaupun sedikit mengenai hijrah”. Maka allah menurunkan surat Ail-Imran ayat 195.
Dan Al-Hakim meriwayatkan
pula dari ummu salamah dan berkata
“Ya Rasulullah engkau
menyebut para pria tapi engkau tidak menyebut para wanita” maka Allah
menurunkan surat Al-Ahzab ayat 35.
Komentar